Text
Lebak Lebung
Dalam menulis cerita tutur, saya bukan saja melakukan saduran (menyadur) melainkan “tafsir ulang” dari cerita-cerita yang saya dapatkan, baik dari wawancara, obrolan, ataupu saya peroleh dari cerita orang tua-orang tua. Hal ini saya lakukan agar yang semula hanya cerita tutur (cerita rakyat), menjadi enak dibaca dan seakan baru. Apatah lagi, latar belakang saya adalah sastrawan. Tak bisa dielakkan, akan ada narasi yang imajinatif. Hampir semua karya dalam kumpulan ini, saya menggunakan narasi imajinatif. Saya hanya menangkap tokoh-tokoh, seting, alur cerita yang saya dapat dari penutur. Setelah itu, sebagai kreator, saya gunakan hak-hak saya tersebut. Sebagai contoh pada kisah “Lebak Lebung”, “Minak Pati Pejurit”, Sikma Hilang dalam Kabut”, maupun “Rindang Sedayu”. Dengan narasi imajinatif, saya berharap pembaca bisa mengikuti kisah yang kini di tangan saya sudah berubah menjadi karya literasi; sastrawi. Saya juga terhindar dari kelaziman menulis cerita rakyat, yang diawali dengan “Konon, di suatu desa…. “ atau “Pada zaman dahulu kala….”, maupun “Syahdan….”.
No copy data
No other version available