Text
Satu kampung tiga maestro: biografi Sardono W Kusuma, Mlayawidada, dan S. Ngaliman
Maestro tari Sardono W Kusuma hampir ucul nyawanya ditabrak mobil jeep, imbas dari pementasan Samgita tahun 1971 di Solo. Dianggap merusak pakem, orang Jawa “garis keras” melabrak lelaki yang kelak menjadi guru besar IKJ tanpa ijazah sarjana tersebut. Empu karawitan gaya Surakarta, Mlayawidada saban pagi mengelilingi separuh kutha sambil mulutnya ndremimil menghapal ratusan gending. Buahnya, ia dijuluki ensiklopedi gending, bukan hanya jago menabuh bonang menirukan bunyi kentut. Demikian pula maestro tari tradisional gaya Surakarta, S. Ngaliman Tjondropangrawit jempolan mengawinkan unsur tari dengan karawitan yang digumuli bersama kerabat dan tetangganya.
Ketiga maestro terkemuka ini pernah menorehkan tinta emas di Kemlayan, sebuah kampung dijejali lorong sempit. Tempo doeloe, ruang sosial itu didiami rombongan abdi dalem seniman istana Kasunanan yang memengaruhi proses kreatif penghuninya. Selama satu dekade, saya menyuntuki kisah unik kampung yang tersingkir dari panggung sejarah Jawa. Pustaka ini berusaha menyajikan roncean cerita apik yang nyaris melenyap.
No copy data
No other version available