Text
Ruwatan murwakala Cirebon : versi Ki Dalang Abi Hudaya
Ruwatan Murwakala Cirebon diangkat dari sebuah naskah turun temurun milik Ki Dalang Abi Udaya. Naskah asli ruwatan ini sudah terbakar pada masa awal Orde Baru berkuasa. Dengan alasan membersihkan PKI dan ormas-ormasnya. Keluarga Ki Dalang Abyor (Ayah dari Ki Dalang Udaya) yang dulu kritis terhadap Orde Baru termasuk yang menjadi sasaran. Ketakutan istri Ki Dalang Abyor memaksanya membakar seluruh naskah dan buku-buku Kaweruh Wayang Cirebon, hanya beberapa lembaran catatan doa-doa dan kaweruh lisan yang diberikan secara turun temurun saja tidak ikut musnah.
Pada tahun 2006 penulis meminta kepada Ki Dalang Abu Hudaya untuk menuliskan kembali Ruwatan Murwakala tersebut. Kemudian, berdasarkan cerita turun temurun yang berhasil diingatnya, Ki Dalang Abi Hudaya menuliskan kembali. Dengan tulisan tangan yang bagus dan dipenuhi coretan-coretan Ki Dalang Abi Hudaya dapat menyelesaikan tulisan Ruwatan Murwakala tersebut pada awal tahun 2007. Ruwatan Murwakala Cirebon tidak hanya berfungsi sebagai ritual belaka tapi juga berguna untuk meningkatkan semangat Nativisme yang berimbas pada munculnya harapan akan datangnya abad baru yang dijanjikan. Naskah Ruwatan diperkirakan muncul pada abad ke18 sebagai alat propaganda dalang dalam menentang kolonialisme Belanda. Cohen yang riset desertasinya dilakukan di Cirebon, menegaskan bahwa ruwatan adalah buah tangan asli orang Indonesia,
saya tidak pernah menemukan terminologi Ruwatan dalam literatur di India. Dia mencontohkan lakon ruwatan yang digubah oleh R. Ngabehi Ronggowarsito yang berjudul “Sastra Jendra Rahayuningrat Pangruwating Diu”.
No copy data
No other version available