Text
Purasara
Hikayat Purasara merupakan salah satu cerita yang tertulis dalam naskah melayu klasik. Naskah Hikayat Purasara tercatat dalam katalogus van Ronkel dengan nomor ML. 178 (Chambert-Loir, 2014; Khalid, 1972; Sunardjo, 2010). Naskah ini mempunyai ukuran 34 cm x 21 cm dan berjumlah 150 halaman. Naskah ini ditulis dengan huruf Arab Melayu yang cukup jelas dan masingmasing halaman memiliki 10—17 baris. Dalam penelitian Khalid M Hussain (1972), Naskah ini disebutkan tidak memiliki keterangan penulis, hanya disebutkan penulisnya sama dengan penulis naskah “Hikayat Awal Mula Wayang”. Akan tetapi, kemudian, Chambert-Loir (2014) dan Sunardjo dkk (2010), menyebut kalau naskah Hikayat Purasara ini ditulis oleh Muhammad Bakir bin Syofyan bin Usman bin Fadli sesudah 6 Agustus 1890.
Selain sebagai cerita yang unik, Hikayat Purasara karya M. Bakir ini juga perlu disadur ulang karena isi ceritanya yang menyuguhkan cerita pewayangan yang berbeda dari pewayangan Jawa. Di dalam cerita tentang Purasara ini pun terkandung beberapa nilai yang disematkan melalui kearifan Purasara. Hal ini patut diketahui sebagai nilai budaya dan etika yang perlu diketahui. Penceritaan wayang yang khas dari M. Bakir juga dapat menjadi edukasi yang baik untuk memahami sudut pandang lintas budaya. Teks saduran dari Hikayat Purasara karya M. Bakir yang dibuat penulis, kemudian, diberi judul Purasara. Penyaduran teks ini didasarkan pada transliterasi naskah Hikayat Purasara (ML. 178) oleh Nikmah Sunardjo,
dkk yang berjudul Hikayat Wayang Arjuna dan Purasara dari Pusat Bahasa tahun 2010. Dalam proses penyaduran, terkadang terdapat kesulitan dalam mengeksplorasi karakter maupun relasi antarkarakter karena pada naskah ada bagian-bagian yang ceritanya kurang begitu jelas. Karena itu, penulis juga menjadikan buku Dewi Rara Amis karya Sri Sayekti (1999) sebagai referensi bacaan untuk mengenali lebih dalam beberapa karakter tokoh serta berusaha mengekplorasinya.
No copy data
No other version available