Text
Riset sesar aktif Indonesia dan peranannya dalam mitigasi bencana gempa dan tsunami
Wilayah Indonesia yang terletak di antara lempeng tektonik aktif mempunyai aktivitas gempa yang sangat tinggi. Arsitektur seismo-tektonik Indonesia sangat beragam dengan berbagai fenomena gempa sehingga cocok untuk dijadikan laboratoriun alam riset gempa dan tsunami. Namun kondisi ini sekaligus menjadi tantangan besar untuk pembangunan yang aman dari bencana alam. Kontras dengan kebutuhan ini, bidang riset (sesar) gempa dan peranan sentralnya untuk mitigasi bencana belum begitu dipahami di Indonesia, bahkan dikalangan para ahli geologi dan geofisika sekalipun karena hampir seluruh komunitas geosains menekuni sisi ekplorasi dan eksploitasi sumber daya alam. Setelah bencana Aceh tahun 2004, riset gempa dan tsunami mulai mendapat perhatian luas. Baru pada tahun 2007 pemerintah mengeluarkan UU kebencanaan yang menjadi tonggak pertama dalam mewajibkan mitigasi bencana alam.
Permasalahan utama yang harus dikerjakan adalah melakukan riset yang sistematis dan komprehensif dalam skala nasional untuk memahami dan mengkaji lebih lanjut berbagai sumber dan potensi bencananya. Karena tanpa pengetahuan dasar yang baik maka usaha mitigasi akan kehilangan arah, tidak efektif dan tidak tepat sasaran.
Riset sesar aktif sumber gempa mulai dikembangkan sejak awal tahun 90-an, di wilayah Sumatra, kemudian diteruskan ke Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, Papua, dan Maluku. Hasil riset memperlihatkan bahwa hampir seluruh wilayah Indonesia terancam bencana gempa (dan tsunami). Hasil riset juga dapat merinci bahwa sistem sesar aktif sumber gempa di Indonesia berbeda-beda karakteristik dan jenis potensi bahayanya dari satu wilayah ke wilayah lainnya.
Oleh karena itu, karakter dan potensi sumber gempa dan tsunami yang spesifik untuk setiap wilayah membutuhkan penanganan mitigasi bencana yang juga harus dengan desain spesifik disesuaikan dengan kondisi sumber bencana-nya. Desain tersebut termasuk dalam hal materi pendidikan kebencanaan untuk masyarakat, desain program untuk menyiapkan masyarakat tangguh, dan juga desain sistem monitoring untuk peringatan dini-nya, tidak bisa asal-asalan. Inilah konsep mitigasi berbasis sains dan riset.
Data sumber gempa hasil riset sesar aktif sudah dipakai sebagai input untuk membuat peta-peta seismic hazard Indonesia yang dipublikasikan Kementerian PUPR tahun 2010 dan 2017. Peta ini kemudian dipakai untuk membuat SNI Peraturan Konstruksi Tahan Gempa yaitu SNI 1726-2012 dan terakhir SNI 1726-2019. Namun hal ini belum mencakup mitigasi bahaya karena pergerakan di jalur sesar dan bahaya ikutannya.
Kearifan lokal yang sering didengung-dengungkan dalam membangun masyarakat tangguh bencana (gempa) pada kenyataannya sudah banyak hilang dari Bumi Nusantara. Padahal sejatinya interaksi antara proses dan kejadian bencana alam dengan manusia Indonesia sudah berlangsung selama ribuan bahkan mungkin puluhan ribu tahun. Untuk menggali kearifan lokal yang hilang diperlukan bantuan riset paleoseismologi, dan arkeo-seismik untuk menemukan kembali fakta kejadian gempa besar di masa lampau yang terekam di alam.
No copy data
No other version available